https://www.imrantululi.net/read/40/pembelajaran-sosial-dan-emosional-pse-dan-kompetensi-soasial-dan-emosional-kse#google_vignette
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dan Kompetensi Soasial dan Emosional (KSE)
Dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional:
- Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.
- Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.
Pembahasan ini sejalan dengan peran pendidik menurut Ki Hajar Dewantara: sebagai penuntun potensi anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya. Pendidik harus merancang pengalaman belajar yang bermakna untuk menumbuhkan motivasi dan perhatian murid.
Pendidikan holistik memberikan murid kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengaktualisasikan potensi mereka. Kesadaran akan pentingnya pendidikan holistik telah ada sejak lama, dengan teori Kecerdasan Emosi dari Daniel Goleman yang menginspirasi pengembangan CASEL pada tahun 1995. CASEL mengembangkan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) untuk mendorong perkembangan positif anak melalui program terkoordinasi dalam komunitas sekolah.
Manfaat penerapan PSE meliputi:
1. Peningkatan prestasi akademik.
2. Pengurangan perilaku negatif.
3. Peningkatan keterampilan sosial dan emosional.
4. Sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Secara lengkap, hasil penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Hasil Pencapaian Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional
Diagram hasil di atas menunjukkan urgensi PSE, yaitu:
- Peningkatan kompetensi sosial dan emosional.
- Penciptaan lingkungan belajar yang lebih positif.
- Peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekolah.
- Peningkatan pencapaian akademik.
PSE memberikan dasar yang kuat bagi kesuksesan murid di berbagai aspek kehidupan, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being).
Apa itu Well-being?
Well-being adalah kondisi individu yang nyaman, sehat, dan bahagia. Ini mencakup sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, kemampuan mengatur perilaku, memenuhi kebutuhan, mengelola lingkungan, memiliki tujuan hidup, dan mengembangkan diri.
Noble dan McGrath (2016) menyebutkan well-being murid yang optimal ditandai dengan:
- Sikap dan suasana hati positif.
- Relasi positif dengan murid dan guru.
- Resiliensi.
- Optimalisasi diri.
- Kepuasan tinggi terhadap pengalaman belajar.
Definisi Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah.
Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
- Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
- Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Gambar 2 menjelaskan kerangka CASEL untuk pembelajaran kompetensi sosial dan emosional, yang meliputi:
- Penciptaan lingkungan belajar yang terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional.
- Kemitraan sekolah, keluarga, dan komunitas untuk membentuk lingkungan yang saling mempercayai dan berkolaborasi.
- Kurikulum dan pembelajaran yang jelas serta bermakna, dengan evaluasi berkala.
Gambar 2. Pembelajaran Sosial Emosional Kolaboratif Seluruh Komunitas Sekolah CASEL
Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)
Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL) | |
Definisi | Contoh |
Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. |
|
Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi |
|
Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda |
|
Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif |
|
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok |
|
Jika kita analisis lebih lanjut, 5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, ketika seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah (dimensi kreatif) diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri.
Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan
Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Pembelajaran 5 KSE tersebut akan dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kegiatan Kompetensi Sosial Emosional
1. Melibatkan murid dalam membuat keyakinan kelas atau peraturan sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman
KSE:
- Kesadaran diri: Murid memberikan nilai yang diyakininya berkaitan dengan lingkungan kelas dan sekolah.
- Kesadaran sosial: Murid mempertimbangkan pendapat temannya.
- Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: Belajar membuat keputusan yang beralasan berdasarkan logika setelah menganalisis informasi.
Kesadaran Penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional
Setelah kita sudah membahas Lima Kompetensi Sosial dan Emosional. Selanjutnya kita akan membahas tentang kesadaran penuh (mindfulness). Pentingnya melatih perhatian murid-murid sebagai kelanjutan dari Pembelajaran Sosial dan Emosional dikemukakan oleh Daniel Goleman, co-founder CASEL pada tahun 2017 dalam (https://compassion.emory.edu/SEE-learning.pdf, p.3-4):
“Attention is a fundamental skill that impacts all aspects of learning, yet it has been largely neglected as an explicit focus for education. Because it is such an essential element of helping children better manage their inner worlds and enhance learning, training in attention seems an obvious next step for SEL”
Goleman melihat kebutuhan mendasar untuk membantu anak-anak dalam mengelola dirinya dan meningkatkan pembelajaran. Melatih kemampuan memperhatikan adalah kelanjutan nyata yang harus dilakukan dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional.
Mindfulness adalah ketika kita fokus pada kegiatan yang sedang dilakukan, seperti menonton film, mendengarkan, mengobservasi, mengajar, atau membaca, dengan rasa ingin tahu dan penghargaan.
Pada saat kita mengarahkan sepenuhnya perhatian pada kegiatan yang sedang dilakukan, seperti menonton film, menyimak apa yang sedang dibicarakan, mengobservasi sekeliling kita, mengajar di kelas, mendengar penyampaian informasi dalam pertemuan guru, bahkan membaca modul ini, dan memunculkan rasa ingin tahu apa adanya dengan rasa penghargaan - contoh praktik kesadaran penuh (mindfulness).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar