Minggu, 30 Juni 2024

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dan Kompetensi Soasial dan Emosional (KSE)

Dibuat pada: 30 Juni 2024, salinan dari :
https://www.imrantululi.net/read/40/pembelajaran-sosial-dan-emosional-pse-dan-kompetensi-soasial-dan-emosional-kse#google_vignette

 

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dan Kompetensi Soasial dan Emosional (KSE)

Dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional:

  • Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas  karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.
  • Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.


Pembahasan ini sejalan dengan peran pendidik menurut Ki Hajar Dewantara: sebagai penuntun potensi anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya. Pendidik harus merancang pengalaman belajar yang bermakna untuk menumbuhkan motivasi dan perhatian murid.

Pendidikan holistik memberikan murid kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengaktualisasikan potensi mereka. Kesadaran akan pentingnya pendidikan holistik telah ada sejak lama, dengan teori Kecerdasan Emosi dari Daniel Goleman yang menginspirasi pengembangan CASEL pada tahun 1995. CASEL mengembangkan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) untuk mendorong perkembangan positif anak melalui program terkoordinasi dalam komunitas sekolah.

Manfaat penerapan PSE meliputi:

1. Peningkatan prestasi akademik.

2. Pengurangan perilaku negatif.

3. Peningkatan keterampilan sosial dan emosional.

4. Sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Secara lengkap, hasil penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional adalah sebagai berikut:

-
Gambar 1. Hasil Pencapaian Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

Diagram hasil di atas menunjukkan urgensi PSE, yaitu:

  1. Peningkatan kompetensi sosial dan emosional.
  2. Penciptaan lingkungan belajar yang lebih positif.
  3. Peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekolah.
  4. Peningkatan pencapaian akademik.

PSE memberikan dasar yang kuat bagi kesuksesan murid di berbagai aspek kehidupan, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being).

Apa itu Well-being?

Well-being adalah kondisi individu yang nyaman, sehat, dan bahagia. Ini mencakup sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, kemampuan mengatur perilaku, memenuhi kebutuhan, mengelola lingkungan, memiliki tujuan hidup, dan mengembangkan diri.

Noble dan McGrath (2016) menyebutkan well-being murid yang optimal ditandai dengan:

  1. Sikap dan suasana hati positif.
  2. Relasi positif dengan murid dan guru.
  3. Resiliensi.
  4. Optimalisasi diri.
  5. Kepuasan tinggi terhadap pengalaman belajar.

Definisi Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah

Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 

  1. Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Gambar 2 menjelaskan kerangka CASEL untuk pembelajaran kompetensi sosial dan emosional, yang meliputi:

  1. Penciptaan lingkungan belajar yang terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional.
  2. Kemitraan sekolah, keluarga, dan komunitas untuk membentuk lingkungan yang saling mempercayai dan berkolaborasi.
  3. Kurikulum dan pembelajaran yang jelas serta bermakna, dengan evaluasi berkala.

Gambar 2. Pembelajaran Sosial Emosional Kolaboratif Seluruh Komunitas Sekolah CASEL


Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)

Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL)

Definisi

Contoh

Kesadaran Diri:

kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

  • Dapat menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial
  • Mengidentifikasi  kekuatan/aset diri dan budaya
  • Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
  • Menunjukkan integritas dan kejujuran
  • Dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai
  • Menguji dan mempertimbangkan prasangka dan bias
  • Memupuk efikasi diri
  • Memiliki pola pikir bertumbuh
  • Mengembangkan minat dan menetapkan arah tujuan hidup

Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi

  • Mengelola emosi diri
  • Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres
  • Menunjukkan disiplin dan motivasi diri
  • Merancang tujuan pribadi dan bersama
  • Menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir
  • Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif
  • Mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok

Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda

  • Mempertimbangkan pandangan/pemikiran orang lain
  • Mengakui kemampuan/kekuatan orang lain
  • Mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih
  • Menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain
  • Memahami dan mengekspresikan rasa syukur
  • Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan

Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif

  • Berkomunikasi dengan efektif
  • Mengembangkan relasi/hubungan positif
  • Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
  • Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif
  • Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
  • Menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok
  • Mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan
  • Turut membela hak-hak orang lain

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok

  • Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran
  • Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial
  • Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data, dan fakta
  • Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya
  • Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah
  • Merefleksikan peran seseorang dalam memperkenalkan kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas
  • Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang, hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan

Jika kita analisis lebih lanjut,  5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas berhubungan erat dengan  6 (enam) dimensi  Profil Pelajar Pancasila.  Sebagai contoh,  ketika seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah  (dimensi kreatif)  diperlukan juga kemampuan bernalar kritis  untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri. 

Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.


Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan 

Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan  5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

Pembelajaran  5 KSE tersebut akan dapat  menghasilkan murid-murid  yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora.  Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kegiatan Kompetensi Sosial Emosional

1. Melibatkan murid dalam membuat keyakinan kelas atau peraturan sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman

KSE:

  • Kesadaran diri: Murid memberikan nilai yang diyakininya berkaitan dengan lingkungan kelas dan sekolah.
  • Kesadaran sosial: Murid mempertimbangkan pendapat temannya.
  • Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: Belajar membuat keputusan yang beralasan berdasarkan logika setelah menganalisis informasi.


Kesadaran Penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional

Setelah kita sudah membahas Lima Kompetensi Sosial dan Emosional. Selanjutnya kita akan membahas tentang kesadaran penuh (mindfulness).  Pentingnya melatih perhatian murid-murid sebagai kelanjutan dari Pembelajaran Sosial dan Emosional dikemukakan oleh Daniel Goleman, co-founder CASEL pada tahun 2017 dalam (https://compassion.emory.edu/SEE-learning.pdf, p.3-4):  

Attention is a fundamental skill that impacts all aspects of learning, yet it has been largely neglected as an explicit focus for education. Because it is such an essential element of helping children better manage their inner worlds and enhance learning, training in attention seems an obvious next step for SEL” 

Goleman melihat kebutuhan mendasar untuk membantu anak-anak dalam mengelola dirinya dan meningkatkan pembelajaran.   Melatih kemampuan memperhatikan  adalah kelanjutan nyata yang harus dilakukan dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional.

Mindfulness adalah ketika kita fokus pada kegiatan yang sedang dilakukan, seperti menonton film, mendengarkan, mengobservasi, mengajar, atau membaca, dengan rasa ingin tahu dan penghargaan.

Pada saat kita mengarahkan sepenuhnya perhatian pada kegiatan yang sedang dilakukan, seperti menonton film, menyimak apa yang sedang dibicarakan, mengobservasi sekeliling kita, mengajar di kelas, mendengar penyampaian informasi dalam pertemuan guru, bahkan membaca modul ini, dan memunculkan rasa ingin tahu apa adanya dengan rasa penghargaan - contoh  praktik kesadaran penuh (mindfulness).

Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)

Kondisi tidak mengenakkandapat menjadi pemicu munculnya emosi tidak nyaman seperti frustasi, marah, kuatir dan berbagai campuran emosi lainnya yang mungkin tidak dapat kita identifikasi. Emosi-emosi tidak nyaman ini dapat mempengaruhi diri kita secara sadar dan tidak sadar. Penting bagi kita untuk  mengambil jeda, menyadari emosi yang tidak nyaman agar tidak membelenggu kita  dalam memandang dan merespon orang lain, baik  dalam sebuah interaksi, pekerjaan, hingga pada keputusan-keputusan hidup yang diambil

Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness)  dapat membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu.

Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. 

Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat terlihat disini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi pemecahan masalah, melainkan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan yang lalu

Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas.

New image

 





.

Selain itu, ada beberapa teknik lain yang dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan hobi Anda, seperti:

New image

Sumber: https://bit.ly/gambarmindfulnessatschool

Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)

Ketika mengimplementasikan kompetensi kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, praktik kesadaran penuh menjadi fondasi. Ini membantu fokus pada saat ini, mengenali dan menerima emosi, perasaan, dan pikiran tanpa penilaian. Selanjutnya, pengelolaan emosi yang baik menumbuhkan empati dan pemahaman yang netral terhadap orang lain dan situasi, memperkuat kompetensi kesadaran sosial dan keterampilan berelasi.

Saat mengambil keputusan, kesadaran penuh membantu mempertimbangkan nilai moral dan etika, serta konsekuensinya, sehingga meningkatkan tanggung jawab atas keputusan yang dibuat. Ini membantu individu lebih terhubung dengan diri dan orang lain, serta lebih responsif dalam hubungan interpersonal dan pengambilan keputusan.

New image

Gambar 5 menunjukkan kerangka PSE berbasis kesadaran penuh untuk mencapai kesejahteraan psikologis (adaptasi piramida K-For-Catanese, Hawkins, 2017). Penerapan yang terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit mendukung kesejahteraan psikologis di ekosistem sekolah.
 

Implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah

Indikator penerapan KSE 

Tabel D. Indikator Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

KELAS

Pengajaran Eksplisit: Murid memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional sesuai dengan perkembangan budaya.

Pembelajaran Akademik Terintegrasi KSE: Tujuan KSE diintegrasikan ke dalam konten dan strategi pembelajaran di berbagai mata pelajaran, seperti akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.

Pelibatan dan Suara Murid: Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan perspektif serta pengalaman murid, melibatkan mereka sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat keputusan. 

SEKOLAH

Iklim Kelas dan Sekolah yang Mendukung: Lingkungan belajar mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, serta fokus pada hubungan dan komunitas.

Fokus pada KSE Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan rutin untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional, dan budaya mereka, serta membangun hubungan saling percaya dan komunitas erat.

Kebijakan yang Mendukung: Kebijakan dan praktik disiplin yang jelas, restoratif, sesuai perkembangan anak, dan diterapkan secara adil.

Dukungan Terintegrasi yang Berkelanjutan: Pembelajaran sosial dan emosional terintegrasi dalam dukungan akademik dan perilaku untuk memenuhi semua kebutuhan murid.

KELUARGA & KOMUNITAS

Pelibatan Kemitraan dengan Orangtua: Keluarga dan tenaga kependidikan rutin berkolaborasi untuk mendukung perkembangan sosial, emosional, dan akademik murid.

Kemitraan dengan Komunitas: Pendidik, tenaga kependidikan, dan mitra masyarakat menyelaraskan istilah, strategi, dan komunikasi terkait KSE, termasuk kegiatan luar sekolah.

Sistem Peningkatan Berkelanjutan: Data implementasi dikumpulkan untuk memantau kemajuan dan meningkatkan sistem, praktik, dan kebijakan PSE dengan fokus pada kesetaraan.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pembelajaran sosial dan emosional melibatkan kelas, sekolah, keluarga, dan komunitas, sesuai dengan prinsip Tri Sentra Ki Hajar Dewantara: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis murid.

Empat indikator utama pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah:

  1. Pengajaran Eksplisit.
  2. Integrasi dalam Praktek Mengajar dan Kurikulum Akademik.
  3. Penciptaan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah.
  4. Penguatan KSE Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK).

Pengajaran Eksplisit

Pengajaran eksplisit PSE memastikan murid konsisten memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka terhadap keragaman budaya. Ini bisa dilaksanakan melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, serta menggunakan proyek, acara, atau kegiatan sekolah rutin untuk mengajarkan KSE secara eksplisit.

Contoh RPP Kesadaran Diri:

Berikut adalah contoh RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit dari 5 KSE. Silakan cermati dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.

 
 
 Contoh RPP Manajemen diri
 
 
Contoh RPP Kesadaran Sosial
 
 
 Contoh RPP Keterampilan Berelasi
 
 
 Contoh RPP Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
 
 

Integrasi KSE dalam Praktek Mengajar dan Kurikulum Akademik:

Untuk mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) dalam praktik mengajar dan kurikulum akademik, tujuan KSE dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.

Contoh RPP TK - SMP:

  1. Pembukaan Hangat:

    • Memberikan kesempatan pada murid untuk berbicara.
    • Mendengarkan aktif.
    • Memungkinkan interaksi.
    • Menciptakan rasa memiliki.
    • Menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional.
  2. Kegiatan Inti:

    • Diskusi akademik.
    • Pembelajaran kooperatif.
    • Pembelajaran berbasis proyek.
    • Refleksi diri dan penilaian diri.
    • Pemberian suara dan pilihan.
  3. Penutupan Optimistik:

    • Refleksi.
    • Apresiasi.
    • Cara-cara positif untuk memperkuat pembelajaran.
Contoh RPP TK:

Contoh RPP SD

Contoh RPP SMP

 
Menciptakan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah

    Implementasi pembelajaran sosial dan emosional mencakup menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Salah satu cara untuk mengubah lingkungan sekolah adalah melalui praktik mengajar guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, serta dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah.

    Fokus pada kualitas relasi antara guru dan murid sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan positif. Kualitas relasi ini mencerminkan sikap saling percaya, yang dapat meningkatkan keterlibatan murid dalam pembelajaran dan memberikan mereka rasa aman untuk mengekspresikan diri. Lingkungan yang aman dan positif juga dapat diperkuat melalui kegiatan pembelajaran yang merangkul keberagaman, melibatkan murid, dan menumbuhkan optimisme.

    Menurut Sri Wahyaningsih, lingkungan sekolah yang aman dan nyaman adalah yang membangun persepsi bahwa setiap individu memiliki potensi yang unik dan orang lain adalah mitra, bukan pesaing. Hal ini mendorong kolaborasi antara murid, guru, dan orang tua.

Video contoh penerapan indikator PSE

 

Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan

Implementasi pembelajaran sosial dan emosional  selaras dengan Standar Proses  dalam SNP kita. Integrasikan 5 KSE dalam pengajaran eksplisit maupun integrasi dalam konten dan strategi pembelajaran terkait dengan perencanaan proses dan  pelaksanaan proses pembelajaran. Refleksi  yang dilakukan guru maupun murid  mendorong proses penilaian hasil belajar dan pengawasan proses pembelajaran.

Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah

Untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional bagi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

  1. Memodelkan (Menjadi Teladan):

    • Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam menunjukkan kompetensi sosial emosional dalam semua interaksi.
    • Menciptakan budaya apresiasi dan menunjukkan kepedulian dalam komunitas sekolah.
  2. Belajar:

    • Refleksi pribadi tentang kompetensi sosial emosional dan pengembangan kapasitas untuk mengimplementasikannya.
    • Berkolaborasi dengan rekan kerja untuk belajar dan mengatasi bias serta memahami tahapan perkembangan murid.
  3. Berkolaborasi:

    • Membentuk komunitas pembelajaran profesional atau program pendampingan untuk kolaborasi dan pengembangan strategi promosi KSE.
    • Integrasi kompetensi sosial emosional dalam rapat guru dan struktur komunitas belajar.

Dengan melakukan langkah-langkah ini, pendidik dan tenaga kependidikan dapat memperkuat kompetensi sosial dan emosional mereka serta mendukung pembelajaran sosial emosional yang holistik di sekolah.



Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan

Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan selaras dengan Standar Kompetensi  Pedagogik, Kepribadian dan Sosial Guru. Guru mendapatkan penguatan  untuk  menguasai karakteristik peserta didik dari aspek  sosial, kultural emosional, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan dewasa.

Download Contoh RPP yang mengintegrasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) UNDUH DISINI

Sumber: LMS PGP A9


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran dan Asesmen

PRINSIP PEMBELAJARAN a. Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan: Mendeteksi kesiapan belajar peserta didik dan pencapaian sebelumnya. Me...