Sabtu, 03 Februari 2024

"Pembelajaran Berdiferensiasi: Memahami Keragaman Anak dalam Kelas"

    Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar. 

    Pembelajaran  berdiferensiasi  sejalan  dengan  filosofi pemikiran pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan  terhadap  segala  kekuatan  kodrat  yang  dimiliki  anak  agar  anak  mampu  mencapai  keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang individu maupun sebagai   anggota   masyarakat.   

    Menurut   Tomlinson   (Suwartiningsih,   2021) pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan yang mereka pelajari. Heacox (Iskandar, 2021) mengatakan  bahwa  teaching  using  differentiated  instruction  needs  to  pay  attention  on  students’ readiness, interest, learning profile, and learning environment...It needs the ability of  teacher  to  provide  choices  for  content,  process,  and  product.  Pemikiran  tersebut  dapat  diartikan  bahwa  mengajar  dengan  menggunakan  pembelajaran  diferensiasi  membutukan  perhatian peserta didik dalam kesiapan, minat, profil belajar dan lingkungan pembelajaran

Ciri-ciri atau karekteristik pembelajaran berdiferensiasi

    Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif. 

    Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:

  1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll)
  2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)
  3. Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.

    Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali, maupub dari lingkungannya.

Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

    Tiga strategi diferensiasi yang diterapkan dalam konteks pendidikan adalah diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.
1) Diferensiasi konten
    Diferensiasi konten berkaitan dengan apa yang diajarkan kepada murid, dengan mempertimbangkan kesiapan, minat, dan profil belajar mereka. Guru perlu menyediakan materi dan sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan belajar individu murid.
2) Diferensiasi proses
    Diferensiasi proses mengacu pada bagaimana murid memahami atau mengalami materi yang dipelajari. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai metode seperti menggunakan kegiatan bertahap, menyediakan pertanyaan panduan yang sesuai dengan minat individu, atau memberikan agenda individu yang memperhitungkan variasi waktu dan tugas.
3) Diferensiasi produk
    Diferensiasi produk berkaitan dengan hasil akhir dari pembelajaran yang harus ditunjukkan oleh murid, seperti karangan, presentasi, rekaman, atau diagram. Guru dapat menantang murid dengan memberikan beragam pilihan dalam mengekspresikan pemahaman mereka, serta memberikan keragaman dalam bentuk tugas yang diberikan.

Keragaman Anak di Kelas

    Keragaman anak di kelas dapat tercermin dalam berbagai aspek, termasuk:

  1. Perbedaan dalam Gaya Belajar: Beberapa siswa mungkin lebih suka belajar melalui visualisasi, sementara yang lain lebih memahami konsep melalui pendekatan auditori atau kinestetik.

  2. Kemampuan dan Kecerdasan yang Beragam: Setiap anak memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Seorang siswa mungkin mahir dalam matematika tetapi membutuhkan bantuan ekstra dalam bidang bahasa.

  3. Kebutuhan Khusus: Siswa dengan kebutuhan khusus, baik itu dalam hal fisik, emosional, atau belajar, memerlukan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan agar dapat mencapai potensi mereka secara optimal.

  4. Latar Belakang Budaya dan Bahasa: Anak-anak dari latar belakang budaya dan bahasa yang beragam mungkin memiliki cara belajar yang berbeda serta kebutuhan komunikasi yang berbeda pula.

Contoh Keragaman dikelas

Misalkan ada seorang guru bahasa Inggris bernama Mr. Smith yang mengajar di kelas 9B dengan total 28 siswa. Mayoritas siswa di kelasnya lebih suka belajar dengan cara membaca buku dan melihat contoh-contoh tertulis. Mereka cenderung memahami materi dengan lebih baik ketika disajikan dalam bentuk teks atau diagram.
Namun, ada dua siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda. Salah satunya adalah Lisa, yang lebih suka memahami materi dengan melakukan aktivitas fisik. Dia cenderung aktif dalam proses belajar dan lebih memperhatikan saat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam permainan peran atau simulasi. Contohnya, ketika dia harus memahami tata bahasa, dia lebih suka bermain peran sebagai karakter dalam situasi yang melibatkan penggunaan tata bahasa yang benar. Siswa lainnya dengan gaya belajar kinestetik adalah Tom. Tom cenderung lebih baik memahami materi ketika dia bisa melakukan percobaan langsung atau menyentuh objek yang berkaitan dengan pelajaran. Misalnya, ketika dia harus memahami konsep fisika tentang gaya, dia lebih suka melakukan eksperimen sederhana seperti mendorong benda-benda berbeda untuk mengamati bagaimana gaya bekerja.
Dalam menghadapi berbagai gaya belajar ini, Mr. Smith mungkin akan mencoba mengintegrasikan berbagai metode pengajaran. Misalnya, dia bisa menyajikan materi dengan kombinasi teks dan video untuk memenuhi kebutuhan visual sebagian besar siswa, sementara juga menciptakan kesempatan bagi Lisa dan Tom untuk terlibat dalam aktivitas fisik atau eksperimen langsung.

Selain contoh tersebut apa saja sih keragaman yang ada di kelas?

- Keberagaman Agama 
    Di sekolah ada beragam kepercayaan, meskipun ada beragam agama, namun semua warga di lingkungan sekolah dapat Saling menghormati 
- Keberagaman Jenis Kelamin 
    Di sekolah juga ditemukan perbedaan jenis kelamin, yaitu perempuan dan laki-laki. Namun, perbedaan tersebut tidak menjadi halangan untuk bekerja sama dan bermain bersama antara satu siswa dengan siSwa yang lain. 
- Keberagaman Asal Daerah 
    Ada beragam suku bangsa yang dapat ditemukan di sekolah, tidak semua siswa atau siswi berasal dari wilayah yang sama.

Teori Pendukung

Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi didukung oleh beberapa teori, termasuk konstruktivisme (Kurniasih, E., & Priyanti, N., 2023). Konstruktivisme menekankan pentingnya memahami bagaimana siswa membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman pribadi dan interaksi dengan lingkungan mereka. Teori ini mendukung pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dengan menekankan pengakuan terhadap keberagaman peserta didik dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat, dan preferensi belajar mereka (Putriana Naibaho, 2023). Selain konstruktivisme, terdapat pula teori-teori lain yang mendukung pendekatan ini, misalnya

  1. Teori Multiple Intelligences (Howard Gardner): Gardner berpendapat bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, termasuk kecerdasan verbal-linguistik, logika-matematika, visual-spatial, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan kinestetik.

  2. Teori Belajar Konstruktivis (Jean Piaget): Piaget menekankan pentingnya pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan.

  3. Teori Kecerdasan Majemuk (Robert Sternberg): Sternberg menyoroti pentingnya mengakui berbagai jenis kecerdasan, termasuk kecerdasan analitik, kreatif, dan praktis, dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya tentang mengenali perbedaan di antara siswa, tetapi juga tentang merancang pengalaman belajar yang memungkinkan setiap siswa untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal. Dengan pendekatan yang sesuai, setiap anak dapat merasa dihargai dan didukung dalam perjalanan mereka menuju kesuksesan akademis dan pribadi.

References

Kurniasih, E., & Priyanti, N. (2023). Pengaruh pendekatan pembelajaran diferensiasi terhadap kemampuan literasi baca, tulis dan numerasi. Jurnal ilmiah potensia, 8(2), 398–408.

Iskandar, D. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Report Text Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas IX.A SMP Negeri 1 Sape Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 123–140. https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.48

Putriana Naibaho, D. (2023). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Mampu Meningkatkan Pemahaman Belajar Peserta Didik. Journal of Creative Student Research (JCSR), 1(2), 81–91.

Suwartiningsih,  S.  (2021).  Penerapan  Pembelajaran  Berdiferensiasi  untuk  Meningkatkan  Hasil   Belajar   Siswa   pada   Mata   Pelajaran   IPA   Pokok   Bahasan   Tanah   dan   Keberlangsungan  Kehidupan  di  Kelas  IXb  Semester  Genap  SMPN  4  Monta  Tahun  Pelajaran  2020/2021.  Jurnal  Pendidikan  Dan  Pembelajaran  Indonesia  (JPPI), 1(2),80–94. https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TOPIK 4 FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA : Aksi Nyata - Pancasila bagi Saya

Menggali Makna Pancasila: Fondasi Identitas Bangsa dalam Pendidikan Abad ke-21 Oleh: Anisa Fitria Tanggal: 6 mei 2024      Pancasila bukanla...