KOMPETENSI
GURU BERBASIS
PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA SEBAGAI UPAYA PENGUATAN KARAKTER PESERTA DIDIK
UNTUK BERSAING DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Anisa Fitria anisafitria053@gmail.com
Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, Universitas Negeri
Jakarta, Rawamangun muka , Jakarta Timur-13220
Abstrak: Pendidikan merupakan tonggak utama dalam
mencetak generasi bangsa yang berintelektual tinggi dan berkarakter. Guru
sebagai fasilitator dalam pendidikan harus memiliki kompetensi profesional yang
mampu menjadikan siswanya berpengetahuan. kompetensi guru harus dikembangkan
agar dapat menyelaraskan dengan tuntutan dan kebutuhan saat ini. Era revolusi
industri 4.0 mengakibatkan berbagai digitalisasi di segala lini kehidupan
manusia termasuk bidang pendidikan. Standar-standar pendidikan menjadi tolak
ukur penerapan sistem pendidikan suatu bangsa. penguatan karakter peserta didik
yang mampu bersaing di era revolusi industri 4.0. adalah hal yang penting.
Namun, standar kompetensi guru yang berlaku hingga saat ini masih belum
mencangkup nilai-nilai utama yang dibutuhkan dalam menghadapi abad 21. Hal ini
menjadi masalah vital bagi pendidikan di Indonesia, karena standar kompetensi
guru digunakan oleh tenaga pengajar untuk memberikan pendidikan kepada peserta
didik. Ki Hajar Dewantara menawarkan
kepemimpinan yang harus dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai pendidik karakter. Ki Hajar Dewantara mengkategorikan
tiga fungsi guru: pendidik, pengajar, dan pengasuh, dan tiga konsep trilogi
kepemimpinan (patrap triloka): ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, dan tut wuri handayani.
Kata kunci: Kompetensi
Guru, Penguatan Karakter, Revolusi Industri
Abstract: Education is a
major milestone in creating a generation of people with high intellectual
character. Teachers as facilitators in education must have professional
competence that is able to make students knowledgeable. Teacher competency must
be developed in order to harmonize with current demands and needs. The era of
industrial revolution 4.0 resulted in a variety of digitalization on all fronts
of human life, including education. Educational standards become a benchmark
for implementing a nation's education system. strengthening character of students
who are able to compete in the era of industrial revolution 4.0. is important.
However, the teacher competency standards that apply to this day still do not
cover the main values needed in the face of the 21st century. This is a vital
problem for education in Indonesia, because teacher competency standards are
used by teaching staff to provide education to students. Ki Hajar Dewantara categorizes the three functions of
teachers: educators, educators, and caregivers, and three concepts of
leadership trilogy (triloka gesture): in the sung of example, in the middle of
the story, and tut wuri handayani.
Keywords: Teacher Competence, Character Strengthening, Industrial Revolution
PENDAHULUAN
Era
globalisasi yang merambah dunia termasuk Indonesia berlangsung dengan sangat
cepatnya, sehingga menimbulkan dampak luas global yang sekaligus menuntut
kemampuan manusia unggulyang berkompeten yang mampu mensiasati dan memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang sedang terjadi dan akan terjadi. Globalisasi akan
semakin memberikan jalan terbuka bagi bangsa dalam menghadapi bangsa-bangsa
lain (sujarwo, 2006). Pada saat ini, dunia tengah memasuki suatu era
yang dinamakan era revolusi industri 4.0. atau revolusi industri dunia ke-empat
dimana aplikasi teknologi telah menjadi basis dalam berbagai kehidupan manusia.
Dunia menjadi tanpa batas dan tidak
terbatas akibat dari perkembangan internet dan teknologi digital. Industri 4.0
berikutnya hadir menggantikan industri 3.0 yang ditandai dengan kolaborasi
manufaktur da cyber fisik (Hermann
et al, 2015; Irianto, 2017). Era ini telah mempengaruhi banyak sekali aspek
kehidupan diberbagai bidang baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni, dan
bahkan sampai ke dunia pendidikan.
Sesuai dengan tujuan ke-4 Sustainable
Development Goals dari United Nations, “Kualitas Pendidikan” memegang suatu
peranan penting dalam meningkatkan potensi-potensi dan karakter bangsa (Prajal
Pradhan, 2017). Implementasi edukasi yang merata baik dari tingkat pendidikan
rendah yag sampai tingkat pendidikan tinggi dan dari lingkungan metropolitan
maupun bukan metropolitan akan memberi kemudahan terjadinya interaksi antar
kalangan (Hadiyat, 2014) sehingga menurunkan angka kesenjangan pendidikan (CNN,
2016).
Pendidikan sendiri merupakan
tonggak utama dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Baik
buruknya kualitas pendidikan tergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang di berada dalam lingkungan pendidikan tersebut salah satunya adalah guru.
Guru memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap pembentukan karakter
siswa oleh karena itu diperlukan guru yang kompeten dalam bidangnya. Kompetensi
yang ada dalam diri seorang guru merupakan bekal yang paling penting dalam
pembelajaran. Diketahui bahwa pendidikan menjadi pilar utama dalam kemajuan
suatu negara. Selain itu, pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Sementara kualitas pendidikan yang
diandalkan sebagai wahana dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia masih
memprihatinkan. Akibatnya kualitas SDM yang dihasilkan dari lembaga pendidikan
di Indonesia relatif sangat rendah dan tertinggal dengan negara-negara lain.
Terkait dengan kondisi tersebut, tuntutan akan reformasi pendidikan (revolusi
pendidikan) sangat diperlukan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, semua
komponen input dan proses dari hulu hingga hilir harus diubah. Standar
kompetensi guru tersebut belum mencakup fungsi dan trilogi kepemimpinan guru
sebagai kompetensi pendidik karakter KHD. Padahal peran guru dan instrumen
standar kompetensi akan sangat signifikan dalam kesuksesan pendidikan karakter
di sekolah.
Memperhatikan permasalahan dan peluang
yang ada tersebut, karya tulis ini memberikan gagasan tentang ‘’Kompetensi Guru Berbasis
Perspektif Ki Hajar Dewantara Sebagai Upaya Penguatan Karakter Peserta Didik
Untuk Bersaing Di Era Revolusi Industri 4.0’’
Kompetensi
Guru Saat Ini
Kompetensi
guru saat ini diatur dalam UU No. 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru. Kompetensi guru dalam undang-undang tersebut
menyebutkan kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Kompetensi ini dibuat sebagai acuan penerapan
kurikulum KTSP 2006 (Kemendikbud, 2014). Kompetensi Kepribadian mencakup
aspek-aspek kepribadian guru. Kompetisi Profesional mencangkup kemampuan guru
yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi Pedagogik
adalah kemampuan mengelola peserta didik. Kompetensi Sosial adalah kemampuan
guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien. Keempatnya
saling berkaitan dan saling melengkapi dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran (RI, 2007).
Revolusi Industri
4.0
Revolusi industri 4.0
merupakan revolusi industri yang berbasis pada Cyber Physical System yang
mana gabungan antara dunia fisik, digital, dan biologis (Pannen, 2018). Di era
revolusi industri 4.0, 75% pekerjaan melibatkan penguasaan kemampuan sains,
teknologi, teknik dan matematika, internet, dan pendidikan sepanjang hayat.
Kondisi semacam ini akan memengaruhi segala aspek kehidupan manusia mulai dari
bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan budaya. Bahkan hal tersebut
dapat menguah cara berpikir manusia terhadap sesuatu.
Revolusi industri
merupakan perubahan besar-besaran terhadap cara manusia memproduksi barang.
Revolusi industri kali ini disebut sebagai revolusi industri keempat karena
sebelumnya telah terjadi tiga revoulsi industri. Revolusi yang pertama adalah
ditemukannya mesin uap dalam proses produksi barang. Revolusi yang kedua yaitu
adanya listrik untuk membantu produksi masal. Lalu revolusi ketiga yaitu
dimulainya penggunaan komputer dan robot dalam automasi produksi (Schwab,
2019). Sedangkan di revolusi industri
4.0 adalah ditemukannya internet. Internet of Things (IoT) merupakan
istilah paling tepat untuk menggambarkan keadaan saat ini. IoT mempunyai
peran penting dalam berbagai macam industri yang meliputi manufaktur, logistik,
kesehatan, tata kota, rumah, pertanian, dan otomotif. IoT berfungsi sebagai
data miner yang bertugas untuk mencari dan mengumpulkan berbagai data yang ada
di lapangan untuk diproses menjadi data yang lebih bermanfaat. Selain IoT,
ditemukannya ponsel pintar/ smartphone yang senantiasa membuat manusia
terhubung dengan dunia luar merupan instrumen terpenting dalam revolusi
industri 4.0 (Schwab, 2019).
Pendidikan
karakter
Pendidikan
karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak agar mampu mengambil
keputusan yang bijaksana yang mana keputusan tersebut nantinya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan manfaat untuk
masyarakat sekitar. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan pada anak adalah
nilai-nilai universal yang meliputi agama, norma, tradisi, dan budaya.
Nilai-nilai tersebut akan sangat bermanfaat ketika anak sudah menjadi dewasa
dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Berbagai perbedaan agama, pendapat,
suku, ras, etnik, dan budaya membutuhkan perekat yang melahirkan toleransi
(Ratna, 2007).
Secara
akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti,
moral, watak, atau akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (kemendikbud).
METODE
Metode
Penulisan karya tulis ini adalah studi literatur yang didasarkan pada
identifikasi masalah melalui pengamatan. Studi literatur dilakukan dengan
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan dibahas
dengan mengumpulkan data dan mengadakan studi penelaahan terhadap
literatur-literatur, jurnal-jurnal, artikel, pulikasi ilmiah, dan berita
terkini. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif sehingga menunjukan
suatu kajian yang ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.
PEMBAHASAN
Merosotnya
pendidikan moral yang terjadi di negara Indonesia dalam beberapa kurun waktu
terakhir ini membuat sekolah harus segera tanggap untuk memberikan pendidikan
karakter di dalam kegiatan pembelajaran. Pendidikan karakter merupakan sebuah
usaha mendidik moral siswa agar dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan
nilai-nilai dan norma yang berlaku di suatu tempat. Dalam hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan karakter memiliki peran penting untuk mencetak generasi muda
yang unggul dan berjati diri (Hendriana dan Jacobus, 2016).
Permasalahan
sosial yang terjadi belakangan ini merupakan akibat dari kurangnya pendidikan
karakter di sekolah sehingga kasus-kasus berupa tawuran pelajar, tindakan yang
kurang pantas terhadap guru, dan kasus pencurian yang dilakukan oleh pelajar
kerap terjadi. Semakin berkembangnya era teknologi harus diimbangi juga dengan
karakter yang kuat agar dapat memanfaatkan perkembangan zaman kearah yang
benar. Kohlberg, (2005) mengatakan bahwa pendidikan moral merupakan suatu upaya
membantu peserta didik dalam menuju satu tahap perkembangan sesuai dengan
kesiapan mereka. Oleh karena itu, pendidikan di negeri harus berinovasi agar
pendidikan karakter yang diberikan di sekolah dapat diimplementasikan dengan
baik oleh peserta didik untuk menghadapi era revolusi industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 adalah sebuah revolusi yang
mengedepankan canggihnya teknologi, maka perkembangannya harus diimbangi dengan
pembekalan pendidikan karakter agar seimbang dalam bidang teknologi dan
berkarakter yang baik. Pendidikan moral memiliki peran penting untuk mencetak
generasi muda yang unggul dan berjadi diri dalam tantangan era revolusi
industri.
KHD
menawarkan fungsi dan trilogi kepemimpinan yang harus dimiliki seorang guru
agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pendidik karakter. KHD
mengkategorikan tiga fungsi guru: pendidik, pengajar, dan pengasuh, dan tiga
konsep trilogi kepemimpinan (patrap triloka): ing ngarsa sung tuladha, ing
madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Guru sebagai pendidik memiliki
pengertian bahwa guru harus dapat menanamkan nilai-nilai budi pekerti pada anak
didik. Guru sebagai pengajar yaitu guru harus menegmbangkan ilmu pengetahuan
yang dimiliki oleh anak didik. Guru sebagai pengasuh menunjukkan bahwa guru
harus menunjukkan kasih sayang serta memberikan leluasa pada anak 3 didik. Guru
wajib menjadi ing ngarsa sung tuladha, yaitu menjadi contoh dan memberi
contoh kepada anak didik, menjadi ing madya mangun karsa, yaitu menjadi
penyemangat dan pendukung anak didik, serta tut wuri handayani, yaitu menjadi pemerhati, pengarah, dan mengevaluasi
anak didk (Acetylena, 2018).
Revolusi
Industri 4.0 merupakan sebuah revolusi industri yang mengandalkan kecanggihan
dunia teknologi untuk meningkatkan produksi industri. Perkembangan revolusi
industri dalam suatu negara juga harus diimbangi dengan pengembangan karakter
generasi penerus bangsanya dalam hal ini yang dimaksudkan adalah peserta didik.
Peserta didik harus mendapatkan pendidikan karakter agar mereka tidak
terjerumus dalam pola fikir yang salah. Dengan memajukan pendidikan karakter
bagi peserta didik, maka Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dalam ilmu
pengetahuan, budaya, dan teknologinya. Menurut Suwardana, (2017) mengatakan
bahwa sekolah dan guru dapat berperan sebagai agen untuk mewujudkan cita cita
bangsa Indonesia agar mampu bersaing dalam era revolusi 4.0.
Kunci
keberhasilan revolusi industri 4.0 adalah melalui pendidikan karakter.
Pendidikan karakter dapat memberikan keseimbangan kontrol terhadap segala
perkembangan dunia online atau yang disebut dunia teknologi. Revolusi industri
4.0 dapat diantisipasi dengan adanya peningkatan nilai-nilai karakter peserta
didik agar ketika dewasa nanti mereka mampu memainkan peran sebagai berikut (Suwardana,
2017) :
PENUTUP
Pendidikan
merupakan tonggak utama dalam mencetak generasi bangsa yang berintelektual
tinggi dan berkarakter. Guru sebagai fasilitator dalam pendidikan harus
memiliki kompetensi profesional yang mampu menjadikan siswanya berpengetahuan.
kompetensi guru harus dikembangkan agar dapat menyelaraskan dengan tuntutan dan
kebutuhan saat ini. Era revolusi industri 4.0 mengakibatkan berbagai
digitalisasi di segala lini kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan.
Standar-standar pendidikan menjadi tolak ukur penerapan sistem pendidikan suatu
bangsa. penguatan karakter peserta didik yang mampu bersaing di era revolusi
industri 4.0. adalah hal yang penting. Namun, standar kompetensi guru yang
berlaku hingga saat ini masih belum mencangkup nilai-nilai utama yang
dibutuhkan dalam menghadapi abad 21. Hal ini menjadi masalah vital bagi
pendidikan di Indonesia, karena standar kompetensi guru digunakan oleh tenaga
pengajar untuk memberikan pendidikan kepada peserta didik. Ki Hajar Dewantara
menawarkan kepemimpinan yang harus
dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
pendidik karakter. Ki Hajar Dewantara mengkategorikan tiga fungsi guru:
pendidik, pengajar, dan pengasuh, dan tiga konsep trilogi kepemimpinan (patrap
triloka): ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut
wuri handayani.
DAFTAR
PUSTAKA
Acetylena,
S. 2018. Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara: Perguruan TamanSiswa
sebagai Gagasan Taman Pengetahuan dan Etika. Jawa Timur: Madani.
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 2014. Konsep dan Implementasi K13.
Tersedia di https://www.Kemdikbud.go.id/ Kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf.
Diakses pada 21 mei 2019 pukul 15.20 WIB.
Republik
Indonesia (RI). 2007. Undang-Undang No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Tersedia di http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendiknas_16_07.pdf.
Diakses pada 21 mei 2019 pukul 14.20
WIB.
Hadiyat, Y. D., 2014. Kesenjangan Digital di Indonesia (Studi
Kasus di Kabupaten Wakatobi). Jurnal Pekommas, 17(2), pp. 81-90.
CNN Indonesia, 2016. UNESCO Soroti Kesenjangan Kualitas
Pendidikan di Indonesia. [Online]
Schwab,
Klaus. 2019. The Fourth Industrial Revolution.
https://www.weforum.org/about/the-fourth-