Minggu, 05 Mei 2024

TOPIK 4 FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA : Aksi Nyata - Pancasila bagi Saya

Menggali Makna Pancasila: Fondasi Identitas Bangsa dalam Pendidikan Abad ke-21

Oleh: Anisa Fitria

Tanggal: 6 mei 2024

    Pancasila bukanlah sekadar sebuah konsep atau slogan yang terpampang megah dalam lambang negara Indonesia. Ia adalah pondasi moral, etika, dan ideologi yang membentuk jati diri bangsa. Namun, tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia semakin nyata, terutama dalam konteks pendidikan abad ke-21.



Tantangan Menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia

    Pertama-tama, kita perlu mengobservasi kritis tantangan-tantangan yang menghadang dalam memahami dan menginternalisasi Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa. Salah satunya adalah pengaruh globalisasi yang semakin masif, yang seringkali membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila. Selain itu, polarisasi politik dan sosial di dalam negeri juga dapat mengaburkan pemahaman akan nilai-nilai luhur Pancasila.



Pancasila dalam Ekosistem Sekolah: Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan Abad ke-21

    Di tengah kompleksitas tantangan tersebut, penting bagi pendidikan untuk menjadi pilar utama dalam memperkuat pemahaman dan pengamalan Pancasila. Namun, bagaimana Pancasila dapat tercermin dalam ekosistem sekolah, khususnya di dalam kelas?

    Pertama-tama, Pancasila harus diintegrasikan secara menyeluruh dalam kurikulum pendidikan. Bukan hanya sebagai mata pelajaran terpisah, tetapi juga sebagai nilai-nilai yang melekat dalam setiap aspek pembelajaran. Hal ini akan membantu membentuk karakter pelajar yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

    Selain itu, peran guru sangatlah vital dalam menanamkan pemahaman akan Pancasila kepada para pelajar. Guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga menjadi teladan yang menginspirasi para siswa untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

    Namun, tidak hanya di kelas, ekstrakurikuler juga dapat menjadi wadah yang efektif dalam menguatkan pemahaman Pancasila. Kegiatan-kegiatan seperti gotong royong, debat, atau diskusi kelompok dapat membantu melatih sikap inklusif, kebersamaan, dan rasa keadilan yang merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.



 Membangun Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Pancasila

    Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun identitas bangsa yang kokoh berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Melalui pendidikan yang berpihak pada peserta didik, kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi dan kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.



    Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mengambil peran dalam mendukung pendidikan yang berbasis Pancasila, agar Indonesia tetap menjadi bangsa yang kuat dan berdaulat, yang dihormati oleh dunia internasional, bukan hanya karena kekayaan alamnya, tetapi juga karena kekayaan nilai-nilai Pancasila yang dipegang teguh oleh setiap anak bangsa.


Daftar Pustaka:

  1. Hadi, S. (2018). Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Dinamis di Era Digital. Jurnal Kajian Pancasila dan Kebangsaan, 2(1), 1-12.

  2. Fauzi, A. (2020). Pancasila Sebagai Identitas dan Karakter Bangsa Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(2), 83-96.

  3. Mulyana, D. (2019). Peran Pendidikan dalam Membangun Karakter Pancasila pada Generasi Milenial. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 3(1), 45-58.

  4. Priyono, A. (2017). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(2), 67-78.

  5. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Kurikulum 2013: Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

  6. Soemardjan, S. (2005). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Minggu, 17 Maret 2024

Aksi Nyata Topik 3 Filosofi Pendidikan Indonesia (Anisa Fitria)

Nama                  : Anisa Fitria

Kelas                   : PPG R-002 G1S1 2024

MK PPG              : Filosofi Pendidikan Indonesia

Tugas                  : Aksi Nyata Topik 3


AKSI NYATA

Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif dalam bentuk artikel atau jurnal untuk menguatkan pemahaman tentang identitas manusia Indonesia dengan mengacu pada panduan berikut: 

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan; 

2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia.

JAWABAN

Hasil Observasi Tanda dan Simbol Kebhinekatunggalikaan di SDN 116 Kota Jambi

Observasi:

  • Tanda dan Simbol:
    • Lambang negara Garuda Pancasila terpasang di setiap ruang kelas di atas papan tulis bagian tengah, diapit foto presiden dan wakil presiden.
    • Gambar pemuka agama dan tempat ibadah di Indonesia, pakaian adat daerah, rumah adat, senjata tradisional menghiasi dinding kelas.
    • Bendera merah putih berkibar di halaman sekolah.
    • Lagu nasional dinyanyikan setiap pagi.
    • Salam dengan guru dipraktikkan setiap pagi.

Proses Pembelajaran:

  • Penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan:
    • Diskusi dan tanya jawab tentang keragaman budaya dan agama.
    • Simulasi dan bermain peran untuk memahami toleransi dan saling menghargai.
    • Pameran karya seni yang menampilkan budaya dan tradisi daerah.
    • Perayaan hari besar keagamaan dengan melibatkan seluruh siswa.
    • Penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan belajar mengajar.

Penekanan pada Perbedaan Agama:

  • Toleransi dan saling menghargai:
    • Siswa didorong untuk memahami dan menghormati perbedaan agama.
    • Diskusi dan tanya jawab tentang keragaman agama.
    • Simulasi dan bermain peran untuk memahami toleransi antar umat beragama.
    • Pameran karya seni yang menampilkan toleransi antar umat beragama.
  • Pengenalan agama:
    • Gambar pemuka agama dan tempat ibadah di Indonesia dipajang di dinding kelas.
    • Cerita dan dongeng tentang nilai-nilai agama diajarkan.
    • Kunjungan ke tempat ibadah untuk mempelajari agama lain.

Kesimpulan :

SDN 116 Kota Jambi menunjukkan komitmennya dalam menumbuhkan penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan melalui berbagai simbol, kegiatan, dan pembelajaran. Penekanan pada toleransi dan saling menghargai antar umat beragama menjadi fokus utama. Sekolah ini menjadi contoh yang baik dalam membangun generasi muda yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

Penghayatan Nilai-Nilai Pancasila Yang Ada Di Sekolah Guna Menguatkan Identitas Manusia Indonesia

Penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia adalah sebagai berikut.

a.      Sila pertama : Ketuhanan yang maha esa

Mengandung makna bahwa bangsa Indonesia bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilainilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila antara lain:

1)   Berdoa sebelum dan sesudah belajar di kelas.
2)   Menjalankan kewajiban agama masing-masing disekolah.
3)   Toleran sesame guru yang beda agama
4)   Menghormati dan menghargai teman yang berbeda agama dengan kita.
5)   Tidak mengganggu teman dari agama lain saat beribadah.
6)   Saling mengingatkan untuk melakukan kewajiban agama kepada teman.
7)   Merawat tanaman disekolah sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah tuhan

b.      Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab

Mengandung makna adanya pengakuan terhadap persamaan derajat antarsesama manusia dan bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua Pancasila:

1)   Saling rukun dengan sesama teman dan warga sekolah
2)   Menghargai semua teman sebagai individu yang memiliki hak asasi manusia
3)   Menghormati bapak ibu guru yang mengajar di sekolah
4)   Menghormati karyawan dan semua warga sekolah
5)   Mendengarkan nasihat guru
6)   Mentaati tata tertib di sekolah Saling menolong saat ada warga sekolah yang mengalami kesusahan.
7)   Peduli terhadap teman yang sedang sakit.

c.       Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Mengandung makna suatu usaha menuju persatuan rakyat dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila:

1)   Mengikuti upacara bendera dengan khidmat
2)   Bangga dan berani tampil sebagai pelaksana upacara bendera
3)   Tidak membeda-bedakan teman dari manapun asalnya.
4)   Menghargai setiap budaya dan ciri khas dari masing-masing daerah.
5)   Tidak bersikap rasisme.
6)   Bangga terhadap keberagaman yang ada di Indonesia.
7)   Bersatu padu dan bekerja sama dengan teman-teman di sekolah
8)   Tidak menimbulkan perselisihan antar warga sekolah
9)   Aktif dalam kegiatan sekolah dan mengerjakan tugas dengan baik

d. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

    Mengandung makna pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila:

    1. Mau mendengarkan pendapat guru, teman kelas, atau kelompok belajar.
    2.  Menerima kritikan dari teman-teman kelompok
    3.  Tidak menyela teman yang sedang berbicara tentang pendapatnya
    4. Menghargai hasil musyawarah kelas atau kelompok.
    5. Mendahulukan kepentingan kelompok belajar dibanding kepentingan diri sendiri.
    6. Menyelesaikan masalah di kelas atau sekolah melalui musyawarah.
    7. Bekerja sama mempertanggungjawabkan hasil musyawarah bersama
    8. Ikut serta dalam pemilihan ketua kelas dan perangkat kelas

e.       Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

    Mengandung makna tujuan bangsa Indonesia adalah tercapainya masyarakat adil dan makmur secara lahir dan batin. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila:     

  1. Tidak membeda-bedakan teman.
  2.  Menciptakan suasana kekeluargaan di kelas.
  3.  Bekerja sama untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif.
  4.  Bersikap adil dengan semua teman di sekolah.
  5.  Menghormati hak masing-masing teman di kelas
  6.  Melakukan kewajiban di sekolah dengan tanggung jawab
  7.  Tidak mengejek hasil karya teman

Kamis, 15 Februari 2024

01.01.2-T1-7. Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Nama              : Anisa Fitria

Kelas               : PPG R-002 G1S1 2024
MK PPG         : Filosofi Pendidikan Indonesia
Tugas            : 01.01.2-T1-7. Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Hasil meninjau ulang keseluruhan materi saya sebagai berikut:

Mulai dari diri

Sebagai seorang guru saya menyadari akan pentingnya menjalani proses pembelajaran yang berkelanjutan serta meningkatkan kompetensi dan kapasitas dirinya. Dengan begitu, ia menjadi seorang pendidik yang sangat berperan dalam membimbing peserta didiknya menuju kemandirian dan kebebasan yang sesungguhnya. Tujuan utamanya adalah agar setiap individu yang dipandunya dapat tumbuh dan meraih kebahagiaan setinggi-tingginya dan pencapaian pengetahuan yang maksimal dan bermanfaat, baik dalam ranah personal maupun dalam kontribusinya sebagai anggota masyarakat yang produktif.

Eksplorasi konsep (Perjalanan Pendidikan Nasional)

Sebelum kemerdekaan, pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem kolonial Belanda. Pendidikan pada masa itu cenderung eksklusif dan hanya tersedia bagi kalangan tertentu, terutama untuk kaum priyayi. Ki Hadjar Dewantara melawan paradigma ini dengan mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, yang memberikan pendidikan kepada semua golongan, termasuk yang kurang mampu dan non-priyayi. Argumen kritis di sini adalah bahwa gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara bertujuan untuk meruntuhkan batasan-batasan kelas dan memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua orang, bukan hanya segelintir privilese. Selanjutnya, untuk memahami dampak sebenarnya dari gerakan ini, kita perlu melihat pada masa setelah kemerdekaan. Meskipun Indonesia telah meraih kemerdekaannya pada tahun 1945, tantangan dalam bidang pendidikan masih besar. Di era pasca-kolonial, Ki Hadjar Dewantara melanjutkan perjuangannya dengan memperjuangkan pendidikan nasional yang lebih merata dan berkualitas. 
Namun, argumen kritisnya adalah bahwa meskipun ada perubahan dalam struktur pendidikan, tantangan seperti ketidakmerataan akses, kualitas guru, dan kurikulum yang masih belum merata di seluruh wilayah Indonesia masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Referensi dan data yang mendukung argumen ini dapat ditemukan dalam berbagai penelitian tentang pendidikan di Indonesia pasca-kemerdekaan. Misalnya, survei oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan besar antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan, serta antara pulau-pulau di Indonesia. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa meskipun transformasi pendidikan telah dimulai oleh Ki Hadjar Dewantara, pekerjaan masih belum selesai. Selain itu, analisis komparatif terhadap sistem pendidikan di negara lain juga dapat mendukung argumen kritis ini. Melihat negara-negara yang berhasil melakukan transformasi pendidikan yang signifikan pasca-kemerdekaan, seperti Korea Selatan atau Finlandia, dapat memberikan wawasan tentang langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia.Dengan demikian, argumen kritis tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia menggambarkan pentingnya melihat lebih dari sekadar prestasi individualnya. Evaluasi yang cermat melibatkan analisis mendalam terhadap dampak nyata gerakannya, data yang relevan, serta perbandingan dengan konteks pendidikan global untuk mengidentifikasi area-area di mana perbaikan lebih lanjut diperlukan.
 

Demonstrasi Kontekstual



 
Kesimpulan

Sistem pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pendidikan pada zaman kolonial Belanda bertujuan untuk menciptakan tenoga bantu, baik dalam pemerintahan atau usaha dagang. Sedangkan, tujuan pendidikan pada saat ini adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak. Dengan begitu, anak dapat tumbuh sebagai manusia dan anggota masyarakat yang mompu me ;apai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
 
Hal baru yang saya dapatkan adalah memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai bagaimana perjalanan transformasi pendidikan di Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan. Selain itu juga, memiliki pemahaman bagaimana perspektif dan pemikiran pendidikan menurut konsep Ki Hadjar Dewantara yang selaras dengan merdeka belajar.
 
Sebagai seorang guru SD, langkah-langkah konkret yang akan saya ambil adalah memperkaya metode pengajaran saya dengan pendekatan yang mempertimbangkan karakteristik individu setiap siswa. Selain itu, saya akan terus mengasah kreativitas dan inovasi dalam menyusun materi pembelajaran yang relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan yang optimal kepada setiap siswa, sehingga mereka dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal.

Tiga hal baru yang saya pelajari dari materi Perjalanan Pendidikan Nasional adalah:

a. Mengetahui bahwa pendidikan nasional telah berdiri sejak zaman kolonial dan terus berkembang hingga zaman milenial saat ini.

b. Memahami peran serta Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta.

c. Mengetahui definisi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara serta perkembangan kurikulum di Indonesia mulai dari tahun 1947 hingga menjadi Kurikulum Merdeka saat ini.

 

Dua hal baru yang Anda ingin ketahui lebih mendalam dari materi Perjalanan Pendidikan Nasional adalah:

a. Mengetahui lebih lanjut tentang transformasi Pendidikan di Indonesia dari masa ke masa, termasuk perubahan signifikan dalam kebijakan, metode pengajaran, dan tujuan pendidikan. 

b. Mendalami, memaknai, dan merenungkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara serta bagaimana filosofi tersebut dapat diimplementasikan dalam konteks pendidikan saat ini.

  Setelah mempelajari materi Perjalanan Pendidikan Nasional, langkah konkret yang saya akan lakukan adalah mempelajari lebih dalam pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan menghubungkannya dengan konteks pendidikan pada zaman sekarang. Saya akan membaca karya-karya beliau dan memahami filosofi di balik pendekatan pendidikannya.

 Selanjutnya, sebagai seorang pendidik, tujuan utama saya adalah mendidik siswa dengan memperhatikan kondisi dan karakteristik mereka serta membangun karakter siswa secara holistik. Saya akan menerapkan prinsip "'Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani" dalam pendekatan pengajaran saya. Artinya, saya akan memberikan contoh yang baik, membangun semangat dan motivasi siswa, serta memberikan bimbingan yang memadai untuk membantu mereka mencapai potensi terbaik mereka.

 Untuk mewujudkan hal ini, saya akan mengadakan diskusi atau seminar kecil dengan rekan kerja atau sesama pendidik untuk berbagi pemahaman tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara dan bagaimana menerapkannya dalam konteks pendidikan saat ini. Selain itu, saya juga akan mencari sumber daya tambahan seperti buku, artikel, atau seminar yang dapat memperdalam pemahaman saya tentang konsep-konsep tersebut. Dengan langkah-langkah ini, saya yakin saya akan menjadi pendidik yang lebih efektif dan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa.

 

Sabtu, 03 Februari 2024

"Pembelajaran Berdiferensiasi: Memahami Keragaman Anak dalam Kelas"

    Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar. 

    Pembelajaran  berdiferensiasi  sejalan  dengan  filosofi pemikiran pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan  terhadap  segala  kekuatan  kodrat  yang  dimiliki  anak  agar  anak  mampu  mencapai  keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang individu maupun sebagai   anggota   masyarakat.   

    Menurut   Tomlinson   (Suwartiningsih,   2021) pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan yang mereka pelajari. Heacox (Iskandar, 2021) mengatakan  bahwa  teaching  using  differentiated  instruction  needs  to  pay  attention  on  students’ readiness, interest, learning profile, and learning environment...It needs the ability of  teacher  to  provide  choices  for  content,  process,  and  product.  Pemikiran  tersebut  dapat  diartikan  bahwa  mengajar  dengan  menggunakan  pembelajaran  diferensiasi  membutukan  perhatian peserta didik dalam kesiapan, minat, profil belajar dan lingkungan pembelajaran

Ciri-ciri atau karekteristik pembelajaran berdiferensiasi

    Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif. 

    Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:

  1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll)
  2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)
  3. Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.

    Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali, maupub dari lingkungannya.

Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

    Tiga strategi diferensiasi yang diterapkan dalam konteks pendidikan adalah diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.
1) Diferensiasi konten
    Diferensiasi konten berkaitan dengan apa yang diajarkan kepada murid, dengan mempertimbangkan kesiapan, minat, dan profil belajar mereka. Guru perlu menyediakan materi dan sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan belajar individu murid.
2) Diferensiasi proses
    Diferensiasi proses mengacu pada bagaimana murid memahami atau mengalami materi yang dipelajari. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai metode seperti menggunakan kegiatan bertahap, menyediakan pertanyaan panduan yang sesuai dengan minat individu, atau memberikan agenda individu yang memperhitungkan variasi waktu dan tugas.
3) Diferensiasi produk
    Diferensiasi produk berkaitan dengan hasil akhir dari pembelajaran yang harus ditunjukkan oleh murid, seperti karangan, presentasi, rekaman, atau diagram. Guru dapat menantang murid dengan memberikan beragam pilihan dalam mengekspresikan pemahaman mereka, serta memberikan keragaman dalam bentuk tugas yang diberikan.

Keragaman Anak di Kelas

    Keragaman anak di kelas dapat tercermin dalam berbagai aspek, termasuk:

  1. Perbedaan dalam Gaya Belajar: Beberapa siswa mungkin lebih suka belajar melalui visualisasi, sementara yang lain lebih memahami konsep melalui pendekatan auditori atau kinestetik.

  2. Kemampuan dan Kecerdasan yang Beragam: Setiap anak memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Seorang siswa mungkin mahir dalam matematika tetapi membutuhkan bantuan ekstra dalam bidang bahasa.

  3. Kebutuhan Khusus: Siswa dengan kebutuhan khusus, baik itu dalam hal fisik, emosional, atau belajar, memerlukan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan agar dapat mencapai potensi mereka secara optimal.

  4. Latar Belakang Budaya dan Bahasa: Anak-anak dari latar belakang budaya dan bahasa yang beragam mungkin memiliki cara belajar yang berbeda serta kebutuhan komunikasi yang berbeda pula.

Contoh Keragaman dikelas

Misalkan ada seorang guru bahasa Inggris bernama Mr. Smith yang mengajar di kelas 9B dengan total 28 siswa. Mayoritas siswa di kelasnya lebih suka belajar dengan cara membaca buku dan melihat contoh-contoh tertulis. Mereka cenderung memahami materi dengan lebih baik ketika disajikan dalam bentuk teks atau diagram.
Namun, ada dua siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda. Salah satunya adalah Lisa, yang lebih suka memahami materi dengan melakukan aktivitas fisik. Dia cenderung aktif dalam proses belajar dan lebih memperhatikan saat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam permainan peran atau simulasi. Contohnya, ketika dia harus memahami tata bahasa, dia lebih suka bermain peran sebagai karakter dalam situasi yang melibatkan penggunaan tata bahasa yang benar. Siswa lainnya dengan gaya belajar kinestetik adalah Tom. Tom cenderung lebih baik memahami materi ketika dia bisa melakukan percobaan langsung atau menyentuh objek yang berkaitan dengan pelajaran. Misalnya, ketika dia harus memahami konsep fisika tentang gaya, dia lebih suka melakukan eksperimen sederhana seperti mendorong benda-benda berbeda untuk mengamati bagaimana gaya bekerja.
Dalam menghadapi berbagai gaya belajar ini, Mr. Smith mungkin akan mencoba mengintegrasikan berbagai metode pengajaran. Misalnya, dia bisa menyajikan materi dengan kombinasi teks dan video untuk memenuhi kebutuhan visual sebagian besar siswa, sementara juga menciptakan kesempatan bagi Lisa dan Tom untuk terlibat dalam aktivitas fisik atau eksperimen langsung.

Selain contoh tersebut apa saja sih keragaman yang ada di kelas?

- Keberagaman Agama 
    Di sekolah ada beragam kepercayaan, meskipun ada beragam agama, namun semua warga di lingkungan sekolah dapat Saling menghormati 
- Keberagaman Jenis Kelamin 
    Di sekolah juga ditemukan perbedaan jenis kelamin, yaitu perempuan dan laki-laki. Namun, perbedaan tersebut tidak menjadi halangan untuk bekerja sama dan bermain bersama antara satu siswa dengan siSwa yang lain. 
- Keberagaman Asal Daerah 
    Ada beragam suku bangsa yang dapat ditemukan di sekolah, tidak semua siswa atau siswi berasal dari wilayah yang sama.

Teori Pendukung

Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi didukung oleh beberapa teori, termasuk konstruktivisme (Kurniasih, E., & Priyanti, N., 2023). Konstruktivisme menekankan pentingnya memahami bagaimana siswa membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman pribadi dan interaksi dengan lingkungan mereka. Teori ini mendukung pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dengan menekankan pengakuan terhadap keberagaman peserta didik dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat, dan preferensi belajar mereka (Putriana Naibaho, 2023). Selain konstruktivisme, terdapat pula teori-teori lain yang mendukung pendekatan ini, misalnya

  1. Teori Multiple Intelligences (Howard Gardner): Gardner berpendapat bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, termasuk kecerdasan verbal-linguistik, logika-matematika, visual-spatial, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan kinestetik.

  2. Teori Belajar Konstruktivis (Jean Piaget): Piaget menekankan pentingnya pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan.

  3. Teori Kecerdasan Majemuk (Robert Sternberg): Sternberg menyoroti pentingnya mengakui berbagai jenis kecerdasan, termasuk kecerdasan analitik, kreatif, dan praktis, dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya tentang mengenali perbedaan di antara siswa, tetapi juga tentang merancang pengalaman belajar yang memungkinkan setiap siswa untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal. Dengan pendekatan yang sesuai, setiap anak dapat merasa dihargai dan didukung dalam perjalanan mereka menuju kesuksesan akademis dan pribadi.

References

Kurniasih, E., & Priyanti, N. (2023). Pengaruh pendekatan pembelajaran diferensiasi terhadap kemampuan literasi baca, tulis dan numerasi. Jurnal ilmiah potensia, 8(2), 398–408.

Iskandar, D. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Report Text Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas IX.A SMP Negeri 1 Sape Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 123–140. https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.48

Putriana Naibaho, D. (2023). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Mampu Meningkatkan Pemahaman Belajar Peserta Didik. Journal of Creative Student Research (JCSR), 1(2), 81–91.

Suwartiningsih,  S.  (2021).  Penerapan  Pembelajaran  Berdiferensiasi  untuk  Meningkatkan  Hasil   Belajar   Siswa   pada   Mata   Pelajaran   IPA   Pokok   Bahasan   Tanah   dan   Keberlangsungan  Kehidupan  di  Kelas  IXb  Semester  Genap  SMPN  4  Monta  Tahun  Pelajaran  2020/2021.  Jurnal  Pendidikan  Dan  Pembelajaran  Indonesia  (JPPI), 1(2),80–94. https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39


TOPIK 4 FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA : Aksi Nyata - Pancasila bagi Saya

Menggali Makna Pancasila: Fondasi Identitas Bangsa dalam Pendidikan Abad ke-21 Oleh: Anisa Fitria Tanggal: 6 mei 2024      Pancasila bukanla...